Minggu, 19 September 2010

Tantangan Agustinus Christ Dula-Gasa Maximus (1)


Melakukan Perubahan Dengan Fokus Tiga Kebutuhan Dasar

Kabupaten Manggarai Barat (Mabar) diprediksi menjadi industri wisata yang bisa menggeser posisi Bali ke depan” Ungkap Petinju Krist John saat mengunjunggi Labuan bajo beberapa waktu lalu di Hotel Bintang Flores. Kris Jhon mengungkapkan ini setelah mengunjungi beberapa obyek wisata di Mabar saat shotting iklan sebuah produk di beberapa tempat di labuan bajo dan Sano Nggoang. ”Labuan bajo sangat luar biasa” lagi lagi Kris Jhon menuji muji keindahan alam Mabar.

Apakah itu mungkin? Optimisme Krist Jhon ini tentu tidak mengada-ada. Mabar punya tipikal istimewa dianugerahi aneka obyek wisata. Kita kenal satwa endemiknya biawak Komodo yang telah menjadi ikon pariwisata Manggarai Barat, bahkan Nusa Tenggara Timur secara umum.

Sayangnya, potensi wisata ini belum dikelolah secara baik. Rasa-rasanya, kata sihir petinu dunia ini, sulit didamaikan dengan realitas kini. Apa yang kita jumpai di Mabar sekarang, masih banyak desa dan obyek wisatanya terisolasi tanpa terekat oleh infrastruktur transportasi. Selama lima tahun, Mabar terkesan bagaikan “raksasa yang berjalan sambil tidur”. 5 tahun berjalannya pemerintahan defenitif sebenarnya sudah cukup matang dalam menggenjot akselerasi pembangunan. Paling kurang, runtuhnya sekat-sekat isolasi di desa-desa terpencil dan kawasan wisata lewat energisitas proyek infrastruktur transportasi.

Dalam berbagai kunjungan Bupati ke wilayah kecamatan dan desa desa, jika dibuka kesempatan dialog acapkali warga selalu meminta dibuatkan jalan, minta dibangun fasilitas air minum bersih, minta dibangun sekolah dan kebutuhan masyarakat lainnya. Moment pemilukada mabar lalu misalnya sering dimanfaatkan warga untuk meminta minta pembangunan ”tolong buka jalan raya untuk desa kami!” minta seorang warga desa tiwu nampar saat berdialog dengan satu kandidat pemilukada mabar lalu

Aktifis Sosial, Boni Hargens saat berada di labuan bajo beberapa waktu lalu menilai situasi ini sering dijumpai diberbagai pertemuan warga dengan pemerintah. Rakyat melihat peluang ini untuk minta dan minta. Sepertinya rakyat adalah pengemis pembangunan? rakyat di daerah terpencil kebanyakan seperti itu, punya kesadaran besar akan mobilitas pembangunan. Tinggal saja, bagaimana pemerintah merespon kesadaran rakyat ini.
”Komunitas terpencil adalah kelompok sosial yang bersifat lokal dan terpencar serta kurang atau belum terlibat dalam jaringan dan pelayanan baik sosial, ekonomi maupun politik. Pembangunan daerah sejatinya ditakar oleh kehidupan warga desa terpencil.” ungkapnya

Bupati Mabar Agustinus Chris Dula menegaskan teraksesnya jalan raya ke desa-desa terpencil merupakan prioritas utama pembangunan dalam pemerintahannya 5 tahun kedepan. Tujuan pembangunan yang akan dilakukannya adalah berorientasi pada tiga kebutuhan dasar masyarakat. tiga kebutuhan dasar tersebut adalah fasilitas jalan raya, air minum bersih dan kelistrikan. Menurutnya tiga kebutuhan yang akan diprioritaskan ini akan mampu meningkatkan perekonomian rakyat.

Persoalan kris air bersih diakuinya merupakan persoalan yang terus menjadi sorotan publik. Baik di kota labuan bajo maupun di daerah daerah terpencil. Ketersediaan air minum bersih menjadi kebutuhan masyarakat mabar saat ini. Dalam kota labuan bajo krisis air minum bersih sangat mengganggu industri pariwisata. ”Kota labuan bajo akan dikembangkan menjadi kota destinasi wisata untuk itu persoalan air minum bersih, kebersihan kota dan infrastruktur jalan dalam kota, serta kelistrikan menjadi prioritas” tegasnya

Jalan Raya Dorong Pertumbuhan Ekonomi Rakyat

Menurut Bupati Dula pembangunan fasilitas jalan raya akan mempercepat pergerakan ekonomi di desa. Baik dengan membuka jalan baru ke daerah isolasi atau meningkatan kualitas jalan yang sudah ada adalah hal terpenting dalam peningkatan perekonomian rakyat.

Dijelaskannya hampir di 7 kecamatan di Mabar adalah penghasil tanaman perdagangan. Kopi, merica, vanili, coklat, cengke di daerah kuwus macang pacar. Kemiri, cengkeh di daerah sanonggoang, kemiri, mente di welak, padi mente di wilayah daratan lembor dan boleng. Semua potensi ini diakui Bupati dula belum dikelola secara baik. Belum sepenuhnya mempengaruhi perekonomian rakyat. Persoalannya ada di frasportasi. Hasil produksi seagian kecil dijual banyak yang memusuk dan menjadi akanan ternak. ”jika arus trasportasi dari desa ke kota lancar maka dengan sendirinya mendorong pertumbuhan ekonomi” yakin Bupati Dula****(bersambung)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar